KHUTBAH JUM'AT ( TEMA ) PROMOSI DOSA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَاالنَّبِيِّ الكَرِيمِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ . يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Masyiral muslimin rahimaku Mullah.
Marilah kita bersama sama senantiasa meningkatkan kuwalitas Iman kita , serta memaksimal kan Taqwa hanya kepada Allah, Solawat dan salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad shalallahu alaihi wassalam Beserta keluarganya, Kerabatnya, sahabat sahabatnya Semoga kita semua mendapatkan syafa'atnya pada hari kiamat nanti
Aamiin Allahhumma Aamiin.
Pada kesempatan hari Jum'at yang indah ini, Kita akan mengetengah kan satu judul Khutbah yaitu
PROMOSI DOSA
Masyiral muslimin Rahimaku mullah......
Sesungguhnya
Salah satu bentuk dosa
Yang tidak kita sadari
Dan kita merasa puas jika telah bercerita kepada Sahabat kita atau tetangga kita
Dan kita sangat tidak merasa berbuat dosa
Ketika sedang bercerita tsb...
Contoh (1)
Sipulan
Malam tadi pergi mabuk mabukan bersama temannya
Tetangga ga ada yg tau
Allah telah menutupi dosa dosanya
Namun sipulan tersebut
Ke esokan harinya
Dia bercerita kepada tetangganya
Bahwa
Malam tadi dia berbuat ini dan itu,
Subhanallah
Tetangga ga tau
Allah sudah menutupi aibnya
.tapi dia sendiri yg membuka aibnya ,
Boleh jadi tetangga yg dengar merasa kagum,
Boleh jadi
Angkat jempol
Bahkan dikatakan kamu hebat
Modern, mengikuti zaman.
Na'udzubillahi min dzalik
Sudah berharap pujian dari manusia,
Bahkan pujian yg sesungguhnya menyakitkan ruhani nya sendiri,
Bangga atas dosa dosanya
Inilah yg dikatakan
Promosi dosa
Kalau laku,
Ada yg mengikuti, ada yg tertarik
Berusaha mengikuti jejaknya
Maka
Jelas sekali
Promosinya laku
Dan dia akan menuai dosa jariahnya sendiri.
Padahal niatnya hanya berbangga bangga, ingin dipuji dalam dosa.
Tapi hasilnya
Jariah akan mengalir
Selama promosi dosanya laku
Dan dipromosikan lagi pada orang lain.
Contoh (2)
Sipulanah
Yg masa lalunya kelam
Mantan ini dan mantan itu,
Kemudian dia pindah ke kampung sebelah,
Satu hari sipulanah kurang puas dengan Lisan tetangga nya
Walau dia baru pindah kampung
Maka mulai buka kartu...
Kamu ini belum tau saya sebenarnya, yaaaa....
Saya ini,
Mantan org bejad,
Mantan, penjahat, hampir semua
Dosa sudah pernah saya lakukan,Mabuk oke, narkoba ok, membunuh pun saya pernah, masuk penjara sudah biasa,
Jadi Jangan macem macem sama saya.....?
Subhanallah
Org ga tau
Jadi tau,
Allah sdh tutupi,
Tapi dia sendiri yang buka tutupan Allah.
Na'u dzubillahi min dzalik.
Sungguh membuka aib adalah suatu perkara yg tercela,
Bahkan aib diri sendiri.
Masyiral muslimin yg dirahmati Allah
Sungguh
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda dalam sebuah hadits..
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَلِيمٌ حَيِيٌّ سِتِّيرٌ يُحِبُّ
الْحَيَاءَ وَالسَّتْرَ
Sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala Maha Pemurah, kekal, dan Maha Penutup, Dia mencintai rasa malu dan sikap sitru (menyembunyikan aib). [Riwayat Abu Dawud dan Nasâ-i].
Dalam riwayat yang lain Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: كُلُّ أُمَّتِي مُعَافَاةً إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ، وَإِنَّ مِنَ الْإِجْهَارِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ فِي اللَّيْلِ عَمَلًا، ثُمَّ يُصْبِحَ، وَقَدْ سَتَرَهُ رَبُّهُ، فَيَقُولُ: يَا فُلَانُ قَدْ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا، وَكَذَا، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيَبِيتُ فِي سِتْرِ رَبِّهِ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap ummatku diampuni kecuali mujâhir (orang yang membuka aib sendri), dan termasuk perbuatan membuka aib, seperti seorang hamba yang melakukan sebuah perbuatan pada malam hari kemudian keesokan harinya ia berkata, ‘Wahai, fulan ! Tadi malam aku telah melakukan ini dan itu,’ padahal malam harinya Allâh menutupi perbuatannya, akan tetapi keesokan harinya ia membuka penutup yang Allâh telah berikan”. [HR. Muslim] Jika seorang hamba tergelincir dalam perbuatan maksiat, lalu ia bertaubat kepada Allâh Azza wa Jalla lalu Allâh Azza wa Jalla menutupi aibnya tersebut di dunia, maka dia juga harus menutupi aibnya tersebut. Barangsiapa menutupi aibnya, maka ia akan selamat dari celaan manusia dan terhindar dari murka Allâh Azza wa Jalla. Diceritakan, bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Rasûlullâh dan berkata, “Ya, Rasûlullâh. Aku pernah mengobati seorang perempuan di ujung Madinah lalu aku tidak sekedar menyentuhnya (maksudnya menzinainya), maka ini aku datang kepadamu. Berilah aku hukuman yang engkau kehendari !” kemudian Umar Radhiyallahu anhu berkata, “Seandainya engkau menutupi dirimu, sungguh Allâh Azza wa Jalla telah menutupinya,” dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diam tidak menjawab, kemudian laki-laki itu berdiri dan pergi. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan seseorang untuk menyusul dan memanggil laki-laki tadi, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan padanya firman Allâh Azza wa Jalla :
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ
Dan dirikanlah, shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat” [Hûd/11:114] Salah seorang shahabat bertanya, “Ya, Rasûlullâh, apakah ayat itu khusus untuk orang itu saja?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “(tidak) akan tetapi untuk semua manusia”. [HR Muslim].
Masyiral muslimin rahimaku Mullah.
Sesungguhnya Larangan menyebarkan aib akan membantu pelaku aib itu sendiri untuk bertaubat. Karena, jika aib itu disebarkan, maka bisa jadi perbuatan itu akan merusak dan bisa jadi akan membuat pelakunya semakin nekad dan berani berbuat dosa. Sebaliknya, menutupi aib bisa menjadi terapi dengan tetap menjaga harga diri dan kesucian, juga bisa semakian menguatkan ikatan cinta dan kasih sayang serta membangun sebuah pondasi yang agung, yaitu husnuzhan di antara orang-orang Mukmin.
Masyiral muslimin Rahima kumullah
Fudhail bin Iyâdh rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Mukmin itu akan senantiasa menutupi dan menasihati; sedangkan orang munafik dan pendosa senantiasa akan membuka aib serta mencela.” Sungguh sangat beda antara orang yang menunjukkan aib sebagai nasehat yang dilandasi kecintaan dengan orang sibuk dan senang mencari-cari kesalahan orang lain, siang dan malam. Ini adalah penyakit tercela, manakala seseorang melepaskan lisannya kemudian memata-matai manusia. Dia akan semakin lemah badannya, usianya terus bertambah, hatinya semakin sakit, waktunya tersia-sia, sementara dia tidak menyadari aibnya sendiri. Iyadzan billah Mestinya kita berhati-hati dan selalu menjaga diri kita. Salah seorang salaf berkata, “Saya terkadang melihat sesuatu (yakni aib orang lain) yang tidak aku sukai, namun aku tidak berani mengucapkannya karena aku takut tertimpa dengan semisalnya.” Yang lain berkata, “Kami telah diberitahu bahwa orang yang paling banyak kesalahannya adalah yang paling sering menyebut kesalahan manusia.” Diriwayatkan dari Abi Barzah al-Aslami Radhiyallahu anhu, ia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
يَامَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ، وَلَمْ يَدْخُلِ الإِيْمَانُ قَلْبَهُ ، لاَ تغتَابُوا المسلمين، وَلاَتَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ
Hai orang-orang yang beriman dengan lisannya namun imannya tidak sampai ke hatinya ! Janganlah kalian menggunjing kaum Muslimin ! Jangan pula kalian mencari-cari kesalahan mereka. Sesungguhnya, orang yang mencari-cari aib Muslimin, maka Allâh akan mencari kesalahannya. Barangsiapa yang Allâh cari kesalahannya, maka Allâh akan membuka keburukannya di dalam rumahnya.” [HR. Abu Dawud Hendaklah hadits ini menjadi renungan bagi kita. Sehingga kita akan semakin bijak dalam menyikapi aib kita dan orang lain, karena tidak seorang pun yang bersih dari aib. Semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa membimbing kita dan semua kaum Muslimin dalam memperbaiki aib masing-
masing
Aamiin
Allahhumma Aamiin.
بَارَكَ الله ُلِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ - وَنَفَعَنِيْ وَإيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ –
وَتَقَبَّلْ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ –
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهِ الْعَظِيْمِ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتٍ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.
( KHUTBAH K 2 )